Jalan kebenaran Ketauhidan

Selamat bergabung di Blog http://worldtauhid.blogspot.com,Semoga memudahkan kita untuk mencapai jalan menuju syurganya

Kamis, 03 Maret 2011

Hidup Tenteram Bersama Islam


Islam adalah agama persatuan, dan masyarakat Islam di zaman Nabi saw telah mencapai kehidupan yang harmonis atas dasar integritas sosial dan kebersamaan. Bukti-bukti keberhasilan Islam dalam hal merajut harmonisasi sosial ini telah dicontohkan Nabi Muhammad saw, terutama ketika dia menjadi kepala negara di Medinah. Dengan kebijakan dan reputasinya sebagai negarawan, ia berhasil mengukir prestasi gemilang hingga Islam berkembang ke seluruh Arabia, Byzantium, dan Persia. Nabi mengembangkan sikap mutual understanding sebagai prinsip pergaulan yang diikat dalam sebuah undang-undang yang disebut Piagam Medinah. 
Sobat berbagai peristiwa dan tragedi yang menimpa umat ini, sulit rasanya untuk tidak merenung meski sejenak, lalu mencoba bertanya kepada hati nurani kita ; Ada apa dengan bangsa umat ini ? Pergesekan, kekerasan antar-kelompok dan sejumlah tragedi kemanusiaan di bumi ini sudah melampaui batas-batas yang dapat ditoleransi oleh akal sehat. Seruan dan imbauan moral dari pemuka agama dan tokoh masyarakat tampak tidak cukup efektif dan ampuh untuk meredam amuk massa. Sepertinya terdapat jarak yang cukup jauh antara nilai-nilai yang selalu diagung-agungkan oleh pemuka agama dan tokoh masyarakat dengan kenyataan di lapangan. Kekerasan tiba-tiba menjadi menu utama di layar kaca, bahkan seperti menjadi budaya di dalam kehidupan sesama umat . Sudah tidak ada lagikah ruang ruang kesejukan di dunia ini , sehingga segala perbedaan harus diselesaikan dengan kekerasan?
Dunia ini , terdapat sebagian orang yang tidak siap untuk berbeda, terutama di dalam berpaham agama . Orang seperti itu menganggap orang lain salah, sesat dan menyesatkan bahkan dianggap kafir jika tidak sama dengan paham yang diyakininya. Kebencian terhadap perbedaan ini kemudian membawa kepada konflik sosial yang berujung kepada kekerasan dan kebencian. Fenomena konflik semacam ini bukanlah hal baru. Selama ribuan tahun, manusia berusaha memecahkan dan mencari jalan keluar dari persengketaan di antara mereka lalu menghasilkan sejumlah teori, akan tetapi hingga hari ini konflik itu terus saja terjadi. Ini disebabkan rendahnya pemahaman kita terhadap semangat yang sebenarnya menjadi sebuah keniscayaan dalam kehidupan.

Padahal Islam merupakan agama yang sangat jelas menentang terjadinya konflik, baik sesamanya maupun dengan orang yang berbeda agama. 
Di dalam QS Al-Maidah (5): 8 Allah berfirman: ”Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berbuat tidak adil”. Kata Islam dan ucapan assalamu alaikum yang menjadi identitas umat Islam merupakan sebuah doa agar orang lain merasakan kedamaian. Allah menciptakan sesuatu berdasarkan kehendakNya. Semua ciptaanNya adalah baik dan serasi sehingga tidak mungkin kebaikan dan keserasian itu mengantar kepada kekacauan dan pertentangan. Allah juga mengingatkan agar jangan begitu mudah menuduh orang lain sebagai bukan Islam jika tidak dilandasi dengan argumen yang cukup mendasar. 
Di dalam QS Al-Nisa (4): 9, Allah berfirman yang artinya: ”Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah (carilah keterangan) dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengatakan “salam” kepadamu, ”kamu bukan seorang yang beriman”. Di beberapa hadis seperti diriwayatkan Imam Bukhari dari Anas ibn Malik, Nabi saw berkata: ”Barangsiapa yang salat seperti salat kita, berkiblat seperti kiblat kita, dan memakan sembelihan kita, maka ia adalah orang muslim yang mempunyai jaminan dari Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu mengecoh Allah dalam hal jaminan-Nya”. (HR Bukhari; 167)

Di dalam QS Al-Kahfi (18): 29, Allah menegaskan bahwa kebenaran itu datang dari Tuhan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw. Meski demikian, Allah meminta Nabi saw untuk tidak memaksakan kebenaran yang dinyatakannya kepada mereka yang tidak mau beriman. Ayat itu tampak memberi ruang bagi pilihan bebas manusia untuk menentukan beriman atau tidak, tentu dengan kesadaran terhadap konsekuensi dari pilihan-pilihan itu.

Oleh karena itu seseorang jangan sampai sesak dada dan sempit napas jika ada orang lain tidak mau mengikuti pahamnya. Allah sendiri yang menciptakan manusia, tidak mau memaksakan kehendak-Nya, tetapi Dia memberikan alternatif untuk memilih apakah beriman atau kafir.


 keberadaan Nabi Muhammad saw di Medinah memberikan anugerah dan rahmat bagi penduduknya yang pada saat itu sangat keras. Seluruh tujuan dan visi kepemimpinannya adalah memberikan ketenangan jiwa bagi mereka yang menganut dan menjalankan ajaran agama masing-masing, baik untuk golongan muslim dan agama lainya. Masing-masing mempunyai kebebasan yang sama dalam menganut, menyatakan pendapat dan menjalankan misi agama dan keyakinannya. Semuanya dapat menjalin persatuan dan kesatuan menuju kehidupan damai. Ini semua dapat tercipta karena Nabi saw memberikan teladan yang baik dalam hal menyikapi perbedaan.

Umat  sudah tidak mampu menangkap hikmah di balik perbedaan, padahal hikmah perbedaan itu laksana ikan yang berenang di air yang bening di balik batu-batu karang yang keras dan tajam. Di satu sisi, ia menyimpan kesan keanehan, namun di sisi lain, justru menimbulkan suasana keindahan yang amat menakjubkan....................Sobat marilah  hidup tentram bersama Islam

Tidak ada komentar: